Otaknya Ditinggal di Rumah!

taxi.jpg“Orang naek motor itu, otaknya ditinggal di rumah!” ujar Pak Sopir Taxi, yang di sini kita sebut saja dengan nama… Pak Sopir.

“Lho, kalo motornya ditinggal terus dia naek apa Pak?” kata saya, tergugah dari lamunan.

“Naik motor! Tapi otaknya nggak dipake, ditinggal di rumah!”

“Oh, otaknya yang ditinggal saya dengernya motornya yang ditinggal…”

Dering ponsel saya berbunyi. Saya bercakap-cakap sebentar dengan seorang rekan.

“Tadi malam saya dapat penumpang cewek,” ujar Pak Sopir segera setelah saya selesai menelepon.

“Oh ya?” kata saya.

“Gila! Dia nelepon di hape terus teriak-teriak. Kayaknya sih sama pacarnya!”

“Oh?”

“Ngomongnya keras-keras begitu. Saya kan takut, takut disangka saya ngapa-ngapain dia! Itu udah bukan teriak-teriak lagi. itu mah dia benar-benar sekenceng-kencengnya suaranya. Terus nangis!”

“Oh ya?”

“Dia bilang, ‘aku nggak pernah ng**. Kamu bilang aku ng**. Aku nggak pernah ng** sama siapa-siapa!”

Glk! Saya menelan ludah. Enak betul dia mengucapkan kata N itu berkali-kali, merinding juga saya dibuatnya.

“Kalo menurut saya sih. Cewek itu udah dipake. Terus si pacarnya nggak jadi mau ngawinin,” cetus Pak Sopir.

Pembicaraan lalu berlanjut ke menantu Pak Sopir yang konon sempat minum racun waktu Pak Sopir menolak anaknya kawin dengan pria itu. Pak Sopir bilang, ia memaki-maki sang menantu (waktu itu masih calon).

“Tapi, akhirnya mati juga dia!”

“Kena racun itu Pak?” ujar saya terperangah.

“Nggak. Narkoba!”

“Oh,” saya manggut-manggut.

Dari ceritanya yang panjang, terlalu panjang untuk dituliskan dalam blog ini, saya kira Pak Sopir ini sakti juga. Misalnya, dia selama 24 tahun kerja di sebuah toko besi (dan sempat punya toko besi juga) dan setiap pagi menghirup thinner. Bukan hanya menghirup hawanya, tapi menyedot thinner dengan selang untuk dituang ke botol-botol.

Akibat dari kebiasaan itu, Pak Sopir sanggup menenggak 2.5 liter minuman keras oplosan tanpa menjadi mabuk. “Hanya mengantuk saja,” ujarnya.

Gila!

Pak Sopir ini dulu pernah jadi Kepala Pool di sebuah perusahaan Taxi. Namun kin kembali jadi sopir di perusahaan taxi yang lebih besar. “Waktu saya masuk sini saya dites. Tapi yang ngetes minta maaf dulu, ‘Maaf nih pak, bapak kan dulu yang ngetes sekarang malah dites’ tapi saya bilang, hidup itu di atas dan di bawah itu wajar. Kayak roda kan juga gitu!”

Aih, filsuf juga Pak Sopir ini.

Saya jadi ingat, rasa-rasanya saya sering sekali mendengar cerita panjang dan seru dari Pak Sopir Taxi yang lain. Hampir semuanya menakjubkan, atau paling tidak membuat saya geleng-geleng kepala. Entah benar atau tidak.

Kalau dikumpulkan jadi satu buku, menarik juga kayaknya. Hmm.. ada yang tertarik mau menerbitkan?

(Image: Screenshot dari Grand theft Auto: San Andreas)

8 tanggapan untuk “Otaknya Ditinggal di Rumah!

  1. … menarikrik tu buat dikembangin lebih lanjuttt. saya mah dengerin ceritanya aja deh berhubung ngga pernah denger bapak sopir taksi bercerita :p

  2. @yogi: kebayang nggak suh puluhan tahun nyedot thinner? yg lebih ngeri lagi.. dia ngaku pernah ngerjain temennya disuruh minum thinner dan sampe sekarang temennya itu masih kadang-kadang batuk/muntah darah.. dan dia ngomong itu santai banget.. ngerii

Tinggalkan Balasan ke Hes Batalkan balasan